PEDOMAN LENGKAP TEKNIS BUDIDAYA CABE

TANAM CABAI

A. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA CABE

Dalam pembudidayaan cabe, perlu ketrampilan dan pengalaman lapangan yang memadai. Pemilihan varietas sangat penting untuk menyesuaikan dengan kondisi lahan dan kebutuhan pasar.

Tahap awal budidaya cabe adalah membuat persemaian guna menyiapkan bibit tanaman yang sehat, kuat dan seragam sebagai bahan tanam di lapangan. Media semai yang dipergunakan hendaknya mempunyai struktur yang remah, tidak menahan air dan cukup nutrisi. Bahan yang dapat digunakan adalah campuran kompos, tanah, dan pasir dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Untuk menambahkan nutrisi berikan pupuk NPK grand S-15 sebanyak 80 gram yang telah dihaluskan untuk tiap 3 ember campuran bahan tersebut.

Setelah bahan tercampur, masukkan bahan pada kantung plastik dengan ukuran 8 x 9 cm sampai 90 % penuh, dan buat lubang pembuangan air pada plastik bagian bawah yang telah terisi media.

Atur media pada bedeng semai yang telah disiapkan. Bedeng semai dibuat dengan tinggi 20 – 50 cm dengan lebar 80 – 100 cm dan panjang menyesuaikan kondisi. Arah bedengan diatur membujur utara selatan dengan memberikan atap penutup dari plastic dengan tiang penyangga bagian timur 100 cm dan bagian barat 80 cm atau atap dapat dibuat dengan model ½ lingkaran . Hal ini dimaksudkan agar bibit yang tumbuh cukup mendapatkan sinar matahari sehingga tidak mengalami etiolasi.

Langkah selanjutnya adalah pemeraman benih yang bertujuan untuk mengecambahkan benih. Media pemeraman yang digunakan adalah kain handuk atau 3 – 5 lapis kertas merang yang disemprot dengan larutan fungisida Victory dengan kosentrasi 3 gram / liter. Benih ditaburkan secara merata pada media dan diusahakan tidak menumpuk. Benih yang digunakan sebaiknya benih cabe hibrida yang telah diberi perlakuan pestisida.

Media digulung atau dilipat dan disimpan dalam suhu kamar. Untuk menjaga kelembaban media peram, semprotkan air dengan handspray setiap pagi dan sore. Setelah 4 sampai 7 hari, benih akan mengeluarkan radikula atau calon akar. Dengan bantuan penjepit, benih yang telah mengeluarkan calon akar di tanam pada media semai yang disiram terlebih dahulu

Setiap pagi dan sore persemaian perlu disiram. Untuk mencegah gangguan cendawan, semprot persemaian dengan fungisida Starmyl 25WP dan Victory 80WP secara bergantian dengan konsentrasi 0,5 gram / liter. Untuk mencegah gangguan hama persemaian, semprot dengan insektisida winder 100ec dengan konsentrasi 0,5 cc / liter.

Persemaian juga dapat dilakukan dengan meletakkan benih secara langsung pada media semai tanpa diperam terlebih dahulu.


B. PENGOLAH TANAH

Lahan yang akan dipakai tempat penanaman harus dibersihkan dari segala macam gulma dan akar bekas tanaman lama, agar pertumbuhan akar tidak terganggu dan untuk menghilangkan tumbuhan yang menjadi inang hama dan penyakit. Apabila lahan banyak ditumbuhi gulma, pembersihannya lebih baik menggunakan Herbisida Sistemik seperti Rambo 480AS dengan dosis 2 sampai 4 liter per Hektar.

Selanjutnya lahan dibajak dan digaru dengan hewan ternak maupun dengan bajak traktor. Pembajakan dan penggaruan bertujuan untuk menggemburkan, memperbaiki aerasi tanah dan untuk menghilangkan OPT yang bersembunyi di tanah.

Buat bedengan dengan ukuran lebar 100 – 110 cm dengan ketinggian bedengan 50 – 60 cm dan lebar parit 50 – 60 cm . Panjang bedengan disesuaikan dengan kondisi lahan.

Pengukuran pH tanah juga perlu dilakuan dengan alat pH meter atau dengan kertas lakmus. Untuk menaikkan pH tanah lakukan pengapuran lahan menggunakan dolomint atau kapur gamping dengan dosis 2 – 4 ton/Ha atau 200 – 400 gram / meter persegi tergantung pH tanah yang akan dinaikkan. Pengapuran diberikan pada saat pembajakan atau pada saat pembuatan bedengan bersamaan dengan sebar kompos atau pupuk kandang. Pupuk kandang yang diperlukan adalah 10 sampai 20 ton / Ha atau ½ sampai 1 zak untuk 10 meter panjang bedengan.

Pupuk dasar yang diberikan adalah pupuk NPK grand S-15, 2 kg untuk 10 meter panjang bedengan atau 2 ton / hektar.

Tahap berikutnya adalah pemasangan mulsa plastic hitam perak yang berguna untuk menekan perkembangbiakan hama dan penyakit, pertumbuhan gulma, mengurangi penguapan, mencegah erosi tanah, mempertahankan struktur, suhu dan kelembaban tanah serta dapat mencegah terjadinya pencucian pupuk. Pemasangan mulsa dilakukan dengan cara membentang dan menarik antara dua sisi dengan permukaan perak di bagaian atas. Setiap ujung dan sisi mulsa dikancing dengan pasak.. Agar pemasangan mulsa lebih optimal dan dapat menutup permukaan bedengan dengan baik sebaiknya dilakukan pada siang hari atau saat cuaca panas.


C. TEKNIK PENANAMAN

Jarak tanam yang digunakan adalah 50 – 60 cm jarak antar lubang dan 60 – 70 cm untuk jarak antar barisan dengan pola penanaman model segitiga atau zig-zag.

Pembuatan lubang tanam sedalam 8 sampai 10 cm dilakukan bersamaan dengan pembuatan lubang pada mulsa yang berpedoman pada pola yang dipakai dan sesuai jarak tanam yang dianjurkan .

Pembuatan lubang pada mulsa dapat juga menggunakan system pemanasan dengan menggunakan kaleng dengan diameter kurang lebih 8 – 10 cm. Lubang tanam dibuat dengan cara menugal tanah sedalam 8 – 10 cm.

Bibit cabe dipersemaian yang telah berumur 15 – 17 hari atau telah memiliki 3 atau 4 daun, siap dipindah tanam pada lahan. Semprot bibit dengan fungisida dan insektisida 1 – 3 hari sebelum dipindahtanamkan untuk mencegah serangan penyakit jamur dan hama sesaat setelah pindah tanam

Seleksi dan pengelompokan bibit berdasarkan ukuran besar kecil dan kesehatanya. Penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari atau pada saat cuaca tidak terlalu panas, dengan cara merobek kantong semai dan diusahakan media tidak pecah dan langsung dimasukkan pada lubang tanam.

Kemudian lakukan pemasangan lanjaran atau ajir, dipasang di samping lubang tanam.


D. PEMELIHARAAN TANAMAN

Setelah tanaman berumur 7 – 14 hst , tanaman yang tidak dapat tumbuh dengan normal atau mati perlu dilakukan penyulaman dengan bibit yang masih ada di persemaian.

Jika pada lubang tanam tumbuh gulma, maka perlu dilakukan penyiangan dengan cara mencabut . Pengendalian gulma perlu dilakukan pada gulma yang tumbuh di parit dengan menggunakan cangkul atau dengan herbisida Rambo 480AS. Pada saat aplikasi nozelnya perlu diberi sungkup agar semprotan herbisida tidak mengenai tanaman cabe.

Pewiwilan perlu dilakukan pada tunas yang tumbuh pada ketiak yang berada dibawah cabang utama dan bunga pertama yang muncul pada cabang utama. Pewiwilan ini dilakukan agar pertumbuhan vegetatif tanaman dapat optimal.

Pengikatan dilakukan saat tanaman umur 10 – 15 hst dengan mengikatkan batang yang berada dibawah cabang utama dengan tali plastic pada lanjaran atau ajir. Pada saat tanaman berumur 30 – 40 hst, ikat tanaman diatas cabang utama dan ikat juga pada saat pembesaran buah yaitu pada umur 50 -60 hst.


E. PEMUPUKAN SUSULAN

Untuk memacu pertumbuhan tanaman, dianjurkan untuk melakukan pengocoran mulai umur 7 sampai 60 hst dengan NPK Grand S-15 konsentrasi 7 gram per liter sebanyak 250 cc pertanaman dengan interval 7 hari . Setiap pengulangan pengocoran konsentrasi pupuk dinaikkan 2 gram per liter. Pada saat tanaman berumur 30 hst, pemupukan susulan pertama dilakukan dengan memberikan campuran pupuk NPK Grand S-15 150 kg/Ha dan Urea 40 Kg/Ha. Pemupukan dilakukan dengan cara melubangai mulsa dan menugal pada sisi tanaman dengan jarak 15 cm.

Selain tanaman dikocor, dianjurkan juga disemprot dengan pupuk daun Mamigro Super N atau NPK spesial atau dengan Gardena D dengan konsentrasi 2 – 5 gram / liter air mulai umur 7 sampai 30 hst dengan interval pemberian 7 – 15 hari.

Pupuk susulan kedua dilakukan saat tanaman berumur 40 hst dengan memberikan pupuk NPK Grand S-15 300 kg / Ha.

Pada saat tanaman berumur 50 hst, pupuk susulan ke tiga dilakukan dengan memberikan pupuk NPK Grand S-15 dengan dosis 350 kg/Ha. Untuk memacu pertumbuhan bunga dan buah, dianjurkan untuk dilakukan penyemprotan dengan pupuk daun Mamigro Super P atau NPK Spesial, Gardena B atau dengan Pupuk Mikro Fitomic . Konsentrasi untuk Fitomic adalah 1,5 – 2,5 cc / liter dengan interval pemberian 10 – 15 hari.

Pemupukan susulan ke empat dilakukan saat tanaman berumur 60 hst. Pupuk yang diberikan adalah pupuk NPK Grand S-15 dengan dosis 200 Kg/Ha.


F. PENGAIRAN

Pengairan dilakukan setiap 7 – 10 hari atau tergantung kondisi lahan dengan cara menggenangi atau leb. Pada waktu pelepasan air dari petak penanaman harus dilakukan dengan pelan agar tidak terjadi pencucian pupuk dari bedeng tanaman.


G. HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN CABE

Hama yang sering menyerang tanaman cabe adalah : · Ulat tanah atau Agrotis Ipsilon · Thrips · Ulat grayak atau Spodoptera litura · Lalat buah atau Dacus verugenius · Aphids hijau /kutu daun · Tungau / mite · Nematode puru akar

Ulat Tanah dengan nama latin Agrotis ipsilon, biasa menyerang tanaman cabe yang baru pindah tanam, yaitu dengan cara memotong batang utama tanaman hingga roboh bahkan bisa sampai putus. Untuk tindakan pencegahan dapat dilakukan penyemprotan insektisida Turex WP dengan konsentrasi 0,25 – 0,5 g/liter bergantian dengan insektisida Direct 25ec dengan konsentrasi 0,4 cc/liter atau insentisida Raydok 28ec dengan konsentrasi 0,25-0,5 cc/liter sehari sebelum pindah tanam.

Ulat grayak pada tanaman cabe biasa menyerang daun, buah dan tanaman yang masih kecil. Untuk tindakan pengendalian dianjurkan menyemprot pada sore atau malam hari dengan insektisida biologi TurexWP bergantian dengan insektisida Raydok 28ec atau insektisida Direct 25ec.

Lalat buah gejala awalnya adalah buah berlubang kecil, kulit buah menguning dan kalau dibelah biji cabe berwarna coklat kehitaman dan pada akhirnya buah rontok. Untuk pencegahan dan pengendalian dapat dilakukan dengan membuat perangkap dengan sexferomon atau dengan penyemprotan insektisida Winder 100EC dengan konsentrasi 0,5 sampai 1 cc per liter bergantian dengan insektisida Promectin 18ec dengan konsentrasi 0,25-0,5 cc/liter atau dengan insektisida Cyrotex 75sp dengan konsentrasi 0,3-0,6 g/liter.

Hama Tungau atau mite menyerang tanaman cabe hingga daun berwarna kemerahan, menggulung ke atas, menebal akhirnya rontok. Untuk penengendalian dan pencegahan semprot dengan akarisida Samite 135EC dengan konsentrasi 0,25 – 0,5 ml / liter air bergantian dengan insektisida Promectin 18ec dengan konsentrasi 0,25-0,5 cc/liter.

Tanaman yang terserang hama thrips, bunga akan mengering dan rontok. Sedangkan apabila menyerang bagian daun pada daun terdapat bercak keperakan dan menggulung. Jika daun terserang aphids, daun akan menggulung kedalam, keriting, menguning dan rontok. Untuk pencegahan dan pengendalian lakukan penyemprotan dengan insektisida Winder 25 WP dengan konsentrasi 100 – 200 gr / 500 liter air / ha atau dengan Winder 100EC 125 – 200 ml / 500 liter air / Ha bergantian dengan insektisida Promectin 18ec dengan konsentrasi 0,25-0,5 cc/liter.

Nematoda merupakan organisme pengganggu tanaman yang menyerang daerah perakaran tanaman cabe. Jika tanaman terserang maka transportasi bahan makanan terhambat dan pertumbuhan tanaman terganggu. Selain itu kerusakan akibat nematode dapat memudahkan bakteri masuk dan mengakibatkan layu bakteri. Pencegahan yang efektif adalah dengan menanam varietas cabe yang tahan terhadap nematode dan melakukan penggiliran tanaman. Dan apabila lahan yang ditanami merupakan daerah endemi, pemberian nematisida dapat diberikan bersamaan dengan pemupukan.

Penyakit yang sering menyerang tanaman cabe diantaranya adalah · Rebah semai · Layu Fusarium · Layu bakteri · Antraknose / patek · Busuk Phytophthora · Bercak daun Cercospora · Penyakit Virus

Penyakit anthracnose buah. Gejala awalnya adalah kulit buah akan tampak mengkilap, selanjutnya akan timbul bercak hitam yang kemudian meluas dan akhirnya membusuk. Untuk pengendaliannya semprot dengan fungisida Kocide 54 WDG dengan konsentrasi 1 sampai 2 g / l air bergantian dengan fungisida Victory 80wp dengan konsentrasi 1 – 2 g / liter air.

Penyakit busuk Phytopthora gejalanya adalah bagian tanaman yang terserang terdapat bercak coklat kehitaman dan lama kelamaan membusuk. Penyakit ini dapat menyerang tanaman cabe pada bagian daun, batang maupun buah. Pengendaliannya adalah dengan menyemprot fungisida Kocide 77 wp dengan dosis 1,5 – 3 kg / Ha bergantian dengan fungisida Victory 80WP konsentarsi 2 sampai 4 gram / liter dicampur dengan fungisida sistemik Starmyl 25 wp dengan dosis 0,8 – 1 g / liter

Rebah semai ( dumping off ) . Penyakit ini biasanya menyerang tanaman saat dipersemaian. Jamur penyebabnya adalah Phytium sp. Untuk tindakan pencegahan dapat dilakukan perlakuan benih dengan Saromyl 35SD dan menyemprot fungisida sistemik Starmyl 25WP saat dipersemaian dan saat pindah tanam dengan konsentrasi 0,5 sampai 1 gram / liter.

Penyakit layu fusarium dan layu bakteri pada tanaman cabe biasanya mulai menyerang tanaman saat fase generatif. Untuk mencegahnya dianjurkan penyiraman Kocide 77WP pada lubang tanam dengan konsentrasi 5 gram / liter / lima tanaman, mulai saat tanaman menjelang berbunga dengan interval 10 sampai 14 hari.

Penyakit bercak daun cabe disebabkan oleh cendawan Cercospora capsici. Gejalanya berupa bercak bercincin, berwarna putih pada tengahnya dan coklat kehitaman pada tepinya. Pencegahannya dapat dilakukan dengan menyemprot fungisida Kocide 54WDG konsentrasi 1,5 sampai 3 gram / liter bergantian dengan fungisida Victory 80WP konsentrasi 2 sampai 4 gram / liter dengan interval 7 hari.

Penyakit mozaik virus. Saat ini belum ada pestisida yang mampu mengendalikan penyakit mozaik virus ini. Dan sebagai tindakan pencegahan dapat dilakukan pengendalian terhadap hewan pembawa virus tersebut yaitu aphids.

Untuk pencegahan serangan hama penyakit, gunakan benih cabe hibrida yang tahan terhadap serangan hama penyakit dan yang telah diberi perlakuan pestisida. Apabila terjadi serangan atau untuk tujuan pencegahan lakukan aplikasi pestisida sesuai OPT yang menyerang atau sesuai petunjuk petugas penyuluh lapang.


H. PANEN

Pada saat tanaman berumur 75 – 85 hst yang ditandai dengan buahnya yang padat dan warna merah menyala, buah cabe siap dilakukan pemanenan pertama. Umur panen cabe tergantung varietas yang digunakan, lokasi penanaman dan kombinasi pemupukan yang digunakan serta kesehatan tanaman. Tanaman cabe dapat dipanen setiap 2 – 5 hari sekali tergantung dari luas penanaman dan kondisi pasar.Pemanenan dilakukan dengan cara memetik buah beserta tangkainya yang bertujuan agar cabe dapat disimpan lebih lama. Buah cabe yang rusak akibat hama atau penyakit harus tetap di panen agar tidak menjadi sumber penyakit bagi tanaman cabe sehat. Pisahkan buah cabe yang rusak dari buah cabe yang sehat.

Waktu panen sebaiknya dilakukan pada pagi hari karena bobot buah dalam keadaan optimal akibat penimbunan zat pada malam hari dan belum terjadi penguapan.


I. PASCA PANEN CABE

Hasil panen yang telah dipisahkan antara cabe yang sehat dan yang rusak, selanjutnya dikumpulkan di tempat yang sejuk atau teduh sehingga cabe tetap segar .

Untuk mendapatkan harga yang lebih baik, hasil panen dikelompokkan berdasarkan standar kualitas permintaan pasar seperti untuk supermarket, pasar lokal maupun pasar eksport.

Setelah buah cabe dikelompokkan berdasarkan kelasnya, maka pengemasan perlu dilakukan untuk melindungi buah cabe dari kerusakan selama dalam pengangkutan. Kemasan dapat dibuat dari berbagai bahan dengan memberikan ventilasi. Cabe siap didistribusikan ke konsumen yang membutuhkan cabe segar.

Dengan penerapan teknologi budidaya, penangganan pasca panen yang benar dan tepat serta penggunaan benih hibrida yang tahan hama penyakit dapat meningkatkan produksi cabe yang saat ini banyak dibutuhkan.

Hidroponikku PKM HVS 2014

Pertama kali ikut PKM UNS, aku dan kelompokku mengadakan percobaan penanaman sayur dengan cara hidroponik vertikultur, nantinya hasil penanaman hidroponik ini akan diperkenalkan ke masyarakat desa Ngawi, Jawa Timur untuk selanjutnya diadakan pelatihan pembudidayaan sayuran hidroponik vertikultur kepada masyarakat desa tersebut. Apabila pelatihan ini berhasil (Insya Allah), masyarakat desa akan bersama-sama melakukan pembudidayaan sayuran dengan cara tersebut. Tujuannya agar masyarakat dapat membudidayakan tanaman apapun (tidak hanya sayur) tanpa tergantung musim dan dapat dilakukan pemanenan kapanpun kita mau. Budidaya sayuran bertujuan untuk meningkatkan konsumsi masyarakat akan makanan sehat dan bergizi, sehingga tidak hanya mengkonsumsi karbohidrat saja karena sebagian besar masyarakat Indonesia konsumsi sayuran masih sangat kurang dan kualitas sayur yang terjamin juga masih kurang.

Budidaya secara hidroponik

Hal utama yang menjadi dasar dalam pertumbuhan tanaman yang dibudidayakan secara hidroponik adalah pemberian larutan nutrisi. Pemberian larutan nutrisi yang biasa digunakan yaitu larutan AB mix, yang sudah dikemas oleh pabrik, nantinya diukur menggunakan EC-meter (electro conductivity meter), pH-meter serta waktu pengaliran nutrisi diatur dengan timer yang terhubung dengan pompa.

Mekanisasi, Pemecahan Masalah Efisiensi Kerja Petani

Mekanisasi, Pemecahan Masalah Efisiensi Kerja Petani

Dewasa ini strategi pembangunan nasional khususnya pembangunan sektor pertanian dipusatkan pada upaya mendorong percepatan perubahan struktural, meliputi proses perubahan dari sistem pertanian tradisional ke sistem pertanian yang maju dan modern, dari sistem pertanian subsistem ke sistem pertanian yang berorientasi pasar dan dari kedudukan ketergantungan kepada kedudukan kemandirian.

Perubahan struktural tersebut merupakan langkah dasar yang meliputi pengalokasian sumber daya (baik alam, manusia maupun mekanik), penguatan kelembagaan dan pemberdayaan manusia. Dalam pelaksanaannya harus meliputi langkah-langkah nyata untuk meningkatkan akses kepada aset produktif berupa teknologi harus dapat dimanfaatkan dan dikembangkan untuk tujuan-tujuan yang lebih maju dan lebih bermanfaat termasuk antara lain pengolahan tanah, pemberian air pemilihan bibit unggul, pemupukan, pengendlaian hama dan penyakit, dan pemanenan secara bijaksana.

Pembangunan pertanian harus diarahkan pada terciptanya tenaga petani yang terampil dalam mengelola usaha taninya. Juga terbentuknya masyarakat petani yang maju, bersemangat profesional sehingga mampu menghadapi tantangan dan permasalahan dalam melaksanakan usaha taninya.

Di Indonesia dapat dicatat adanya berbagai tantangan dan permasalahan dalam pengelolaan usaha tani yang masing-masing mempunyai kekhususan yang berbeda-beda seperti kenaikan produksi, peningkatan di bidang pemasaran dan sistem kredit, serta efisiensi. Dari berbagai ragam tantangan dan permasalahan tersebut yang sering kali terlupakan oleh pengamat adalah efisiensi dalam pengelolaan usaha tani terutama yang berhubungan dengan kerja petani.

Perlunya Efisiensi

Menurut Clifford Geertz dalam Involusi Pertanian, pemakaian tenaga kerja di sektor pertanian di Indonesia tergolong sangat besar dibanding negara lain. Di Amerika Serikat kurang lebih 0,002 Kw/ha, Jepang 0,014 Kw/ha, sedang Indonesia 0,127 Kw/ha. Tetapi tenaga kerja manusia di Jepang dan Amerika Serikat lebih intensif dibanding di Indonesia. Terlihat adanya perbedaan nyata antara petani Indonesia dengan petani Jepang.

Langkah yang menyebabkan pertanian di Jepang jauh meninggalkan Indonesia dalam jangka waktu yang sama adalah produktivitas pekerja. Yang utama dalam produktivitas pekerja (petani) Jepang adalah terjadinya perbaikan yang esensial dalam praktik pertanian Jepang sesuai dengan produksi kecil yang efisien. Selain itu di Jepang produktivitas pekerja (petani) bukan hanya diperhitungkan per ha sawah, tetapi penggunaan tenaga kerja dimanfaatkan se efisien mungkin dengan menggunakan perhitungan yang baik.

Di Indonesia, efisiensi yang diartikan sebagai kedayagunaan suatu sumber tenaga dapat menangani suatu bahan, masih belum mendapat perhatian secara serius. Padahal fungsi perbaikan pertanian adalah menaikkan pendapatan, kesejahteraan, taraf hidup dan daya beli petani. Sangat kecilnya efisiensi petani merupakan hambatan bagi faktor-faktor lain yang merupakan penetrasi pembangunan pertanian.

Perbaikan taraf hidup petani memang tidak dilakukan dengan hanya memberi landreform (Redistribusi Tanah Pertanian) atau credit reform (Pemberian Kredit Usaha Tani), tetapi perlu juga diperhatikan situasi kerja petani. Situasi kerja yang monoton dengan hasil yang rendah menyebabkan petani mengalami kejenuhan. Ditilik lebih jauh, perlu diakui bahwa kejenuhan petani ini terus berlangsung. Hal ini disebabkan oleh miskinnya inovasi dan tiadanya gebrakan-gebrakan baru yang menggairahkan petani.

Hambatan pembangunan dalam sektor pertanian di Indonesia adalah lambatnya kemajuan teknologi. Kontras teknologi selalu dipersoalkan. Tingkat teknologi yang rendah menyebabkan petani sulit memperoleh hasil dalam proses produksi yang maksimal. Kehilangan hasil dalam proses produksi sangat besar, sementara biaya yang diperlukan sangat tinggi. Contoh paling sederhana adalah dalam memanen padi. Untuk 9 kg gabah harus dibayar 1 kg gabah. Jika total hasil panen padi (dalam satu musim tanam) dalam 1 ha adalah 9 ton gabah, maka biaya pemanenan yang dikeluarkan sebesar 1 ton gabah.

Efisiensi teknologi yang memperkecil tingkat kejerihan kerja dengan produktivitas tinggi masih dicemburui. Harapan memperkenalkan teknologi yang efisien selalu dihantui oleh pembengkakan pengangguran terutama di wilayah perdesaan. Akibatnya jumlah tenaga pengangguran semu dalam sektor pertanian di Indonesia sangat besar. Tidak jelas lahirnya tenaga kerja semu ini karena efektivitas kerja rendah yang menyerap banyak tenaga manusia atau memang karena distribusi kerja yang tidak merata.

Tuntutan Inovasi

Dalam arah kebijakan pembangunan nasional, pembangunan sektor pertanian diarahkan untuk meningkatkan pendapatan kesejahteraan, daya beli, taraf hidup, kapasitas dan kemandirian serta akses masyarakat pertanian dalam proses pembangunan melalui peningkatan kualitas dan kuantitas produksi serta distribusi dan keanekaragaman hasil pertanian. Pembangunan pertanian diarahkan pada pengembangan sistem pertanian yang berkelanjutan yang berbudaya industri, maju dan efisien ditingkatkan dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pembangunan pertanian memang sudah saatnya menganut pendekatan industri bukan lagi agraris, artinya menangani pertanian secara industri bukan lagi tergantung sepenuhnya kepada faktor alam. Pengertian industri dalam hal ini bukan semata-mata mendirikan pabrik, tetapi yang lebih mendasar adalah mentransformasikan budaya (pola pikir, sikap mental dan perilaku) masyarakat industri di kalangan para petani.

Kebudayaan industri tersebut antara lain mempunyai ciri-ciri sebagai berikut, pertama pengetahuan merupakan landasan utama dalam menentukan langkah atau tindakan dalam pengambilan keputusan (bukan berdasarkan kebiasaan semata). Kedua, perekayasan harus menggantikan ketergantungan pada faktor alam. Ketiga, kemajuan teknologi merupakan sarana utama dalam pemanfaatan sumber daya. Keempat, efisiensi dan produktivitas sebagai dasar utama dalam alokasi sumber daya agar penggunaan sumber daya tersebut hemat. Kelima, mekanisme pasar merupakan media utama transaksi barang dan jasa. Keenam, profesionalisme merupakan karakter yang menonjol.

Untuk memenuhi tuntutan di atas, alternatif inovasi yang sampai sekarang tampaknya relevan walaupun tidak terlalu baru adalah penerapan mekanisasi pertanian (penggunaan alat dan mesin pertanian). Sudah saatnya dimulai penerapan mekanisasi pertanian dalam sistem pertanian nasional meskipun tetap dilakukan secara selektif.

Upaya menuju pertanian industri antara lain dapat dikembangkan dengan peningkatan penggunaan alat dan mesin pertanian dalam pengolahan tanah dan penanganan pasca panen. Salah satu keuntungan yang diperoleh adalah terjadinya peningkatan efisiensi dan produktivitas pemanfaatan sumber daya alam.

Mekanisasi Dan Distribusi Kerja

Penggunaan alat dan mesin pertanian saat ini memang sudah merupakan suatu kebutuhan. Efisiensi tinggi saat ini harus mulai diperkenalkan kepada petani. Hal ini tentu beralasan karena tenaga kerja yang digunakan saat ini tidak mempunyai kesinambungan (kontinuitas). Seorang buruh tani hanya akan dibutuhkan pada saat pengolahan tanah dan panen. Pada proses lain mereka kurang dibutuhkan, akhirnya terjadi pengangguran yang tidak kentara (disguised unemployment). Pembuangan waktu yang lama dan sia-sia ini menyebabkan efisiensi menjadi lebih rendah.

Berdasarkan data dalam Involusi Pertanian, pada saat pengolahan tanah, traktorisasi di Indonesia sangat rendah dibanding negara lain. Pada hakikatnya Indonesia masih sangat ketinggalan pada pengembangan traktor. Pemakaian traktor di Indonesia hanya 0,005 Kw/ha. Amerika Serikat 1,7 Kw/ha, Belanda 3,6 Kw/ha dan Jepang 5,6 Kw/ha. Rendahnya pemakaian traktor ini disebabkan oleh rendahnya perkembangan mekanisasi di Indonesia.

Akibatnya, untuk menggarap tanah seluas 1 ha diperlukan waktu berhari-hari dan melibatkan banyak tenaga manusia. Tenaga manusia akhirnya tidak mendapat harga yang layak sehingga produktivitas juga semakin rendah. Tenaga manusia adalah tenaga riskan, hanya digunakan paling cepat 4 bulan sekali menjadi buruh tani.

Permasalahan Pertanian

Permasalahan Pertanian

1. Jarak Waktu yang Lebar Antara Pengeluaran dan Penerimaan Pendapatan dalam Pertanian

Banyak persoalan yang dihadapi oleh petani baik yang berhubungan langsung dengan produksi dan pemasaran hasil-hasil pertaniannya maupun yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Selain merupakan usaha, bagi si petani pertanian juga merupakan bagian dari hidupnya, bahkan suatu cara hidup (way of live), sehingga tidak hanya aspek ekonomi saja tetapi aspek-aspek sosial dan kebudayaan, aspek kepercayaan dan keagamaan serta aspek-aspek tradisi semuanya memegang peranan penting dalam tindakan-tindakan petani. Namun demikian dari segi ekonomi pertanian, berhasil tidaknya produksi petani dan tingkat harga yang diterima oleh petani untuk hasil produksinya merupakan faktor yang sangat mempengaruhi perilaku dan kehidupan petani.

Perbedaan yang jelas antara persoalan-persoalan ekonomi pertanian dan persoalan ekonomi di luar bidang ekonomi pertanian adalah jarak waktu (gap) antara pengeluaran yang harus dilakukan para pengusaha pertanian dengan penerimaan hasil penjualan. Jarak waktu ini sering pula disebut gestation period, yang dalam bidang pertanian jauh lebih besar daripada dalam bidang industri. Di dalam bidang industri, sekali produksi telah berjalan maka penerimaan dari penjualan akan mengalir setiap hari sebagaimana mengalirnya hasil produksi. 

Dalam bidang pertanian tidak demikian kecuali bagi para nelayan penangkap ikan yang dapat menerima hasil setiap hari sehabis ia menjual ikannya. Jadi ciri khas kehidupan petani adalah perbedaan pola penerimaan pendapatan dan pengeluarannya. Pendapatan petani hanya diterima setiap musim panen, sedangkan pengeluaran harus diadakan setiap hari, setiap minggu atau kadang-kadang dalam waktu yang sangat mendesak sebelum panen tiba.

2. Tekanan Penduduk dan Pertanian

Persoalan lain yang sifatnya lebih jelas lagi dalam ekonomi pertanian adalah persoalan yang menyangkut hubungan antara pembangunan pertanian dan jumlah penduduk. Malthus dalam tahun 1888 menerbitkan buku yang terkenal mengenai persoalan-persoalan penduduk dan masalah pemenuhan kebutuhan manusia akan bahan makanan. 

Penduduk bertambah lebih cepat daripada pertambahan produksi bahan makanan. Penduduk bertambah menurut deret ukur, sedangkan produksi bahan makanan hanya bertambah menurut deret hitung. Persoalan penduduk di Indonesia tidak hanya dalam kepadatannya tetapi juga pembagian antardaerah tidak seimbang. Komposisinya menunjukkan suatu penduduk yang muda dengan pemusatan penduduk di kota-kota besar. Tingkat pertambahan penduduk tinggi, karena angka kelahiran tinggi, sedangkan angka kematian menurun. Menurunnya angka kematian disebabkan oleh kemajuan kesehatan dan sanitasi.

Ditinjau dari sudut ekonomi pertanian maka adanya persoalan penduduk dapat dilihat dari tanda-tanda berikut:
  • Persediaan tanah pertanian yang makin kecil
  • Produksi bahan makanan per jiwa yang terus menurun
  • Bertambahnya pengangguran
  • Memburuknya hubungan-hubungan pemilik tanah dan bertambahnya hutang-hutang pertanian.


3. Pertanian Subsisten

Perkataan subsisten ini banyak sekali dipakai dalam berbagai karangan mengenai ekonomi pertanian sebagai terjemahan dari perkataan subsistence dari kata subsist yang berarti hidup. Pertanian yang subsisten diartikan sebagai suatu sistem bertani dimana tujuan utama dari si petani adalah untuk memenuhi keperluan hidupnya beserta keluarganya. Namun dalam menggunakan definisi yang demikian sejak semula harus diingat bahwa tidak ada petani susbsisten yang begitu homogen, yang begitu sama sifat-sifatnya satu dari yang lain. Dalam kenyataannya petani subsisten ini sangat berbeda-beda dalam hal luas dan kesuburan tanah yang dimilikinya dan dalam kondisi-kondisi sosial ekonomi lingkungan hidupnya.

Apa yang sama di antara mereka adalah bahwa mereka memandang pertanian sebagai sarana pokok untuk memenuhi kebutuhan keluarga yaitu melalui hasil produksi pertanian itu. Dengan definisi tersebut sama sekali tidak berarti bahwa petani susbsisten tidak berfikir dalam pengertian biaya dan penerimaan. Mereka juga berpikir dalam pengertian itu, tetapi tidak dalam bentuk pengeluaran biaya tunai, melainkan dalam kerja, kesempatan beristirahat dan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan upacara adat dan lain-lain.

BERCOCOK TANAM JAHE (Zingibar officinale Rosc)

BERCOCOK TANAM JAHE (Zingibar officinale Rosc)
PENDAHULUAN
Tanaman jahe termasuk salah satu tanaman rempah-rempah/obat-obatan. Nilai tanamannya terdapat pada akar rimpangnya/umbi batang/rhizoma yang berada di dalam tanah. Batangnya berbentuk rumpun setinggi 40 – 90 cm.

Sampai saat ini para petani masih sedikit yang menanam jahe sebagai tanaman utamanya, sebagian besar petani menanam jahe sebagai usaha atau tanaman sampingan yang belum dipelihara secara mestinya. Sehingga hasilnya pun belum memadai seperti yang diharapkan. Sekalipun demikian tanaman jahe memang merupakan tanaman rakyat di pedesaan yang sejak lama di tanam petani.

Dalam usaha mengisi pasaran dunia yang semakin meningkat dan diiringi harga jahe yang semakin baik, sekarang ini pemerintah sudah menggalakkan tanaman jahe kepada petani terutama sebagai tanaman utama bukan tanaman sampingan.
 BERCOCOK TANAM JAHE (Zingibar officinale Rosc)
TANAH DAN IKLIM
1. TanahTanaman jahe menghendaki tanah subur, gembur, banyak mengandung humus dan mudah penuntasan air.

Tanah latosol umumnya dapat ditanami jahe. Tinggi tempat tanam 0 – 900 m dari permukaan laut, sedang daerah-daerah penghasil jahe antara 200 – 600 m dari permukaan laut.

2. Iklim
Daerah-daerah pertanaman jahe bercurah hujan antara 250 – 400 mm setahunnya. Adapun yang dikehendaki tanaman jahe yakni iklim panas sampai sedang dengan kelembaban udara tinggi.

Suhu yang baik antara 21 – 35 cm selama pertumbuhan membentuk rumpun. Tanaman jahe menghendaki banyak sinar matahari. Pada tempat-tempat telindung hanya menghasilkan tanaman tinggi dengan daun lebar, akan tetapi rimpangnya kecil.

KULTUR TEKNIS
1. Pengolahan Tanah
Tanah digarap pada musim kemarau agar menjadi gembur dan masak
Pengolahan tanah biasanya dilakukan 1 – 2 kali serta dibersihkan dari gulma atau rerumputan.
Bedengan dibuat lebar 120 cm dan panjangnya tidak dibatasi. Tinggi bedengan antara 25 30 cm, jarak antar bedengan yang satu dengan yang lainnya 30 – 50.
Bedengan diberi pupuk dasar berupa kompos /pupuk kandang

2. Penyiapan Bibit

a. Jenis
Berdasarkan warnanya jahe dibedakan menjadi tiga jenis yaitu : Jehe merah, jahe kuning dan jahe putih
Sedangkan berdasarkan bentuknya yaitu jahe kecil dan jahe besar yang sering disebut jahe gajah.

b. Memilih bibit
Perbanyakan tanaman melalui stek rimpang yang sudah tua. Rimpang dipotong dengan ukuran 2,5 – 7 cm. Rimpang tersebut terdiri dari 2 – 3 mata tunas. Bibit sebaiknya disimpan dulu dalam ruangan yang sejuk sampai tumbuh tunasnya, kemudian siap untuk ditanam.

3. Penanaman
Penanaman dilakukan pada awal musim hujan.
Bibit ditanam pada aluran-aluran tanah dengan jarak dalam barisan 30 – 50 cm dan kedalaman 5 – 7,5 cm.
Kemudian ditutup dengan tanah.

4. Pemeliharaan
Pengadiran dan pembubunan dilakukan dua kali yaitu pada umur 2 – 3 bulan dan 4 – 6 bulan setelah tanam.
Diberikan pupuk kandang maupun pupuk buatan pada umur 1 – 1,5 bulan.
Pupuk kandang 15 ton/ha, sedangkan pupuk buatan yaitu : Ure 36 kg, TSP 36 kg, KCl 80 kg dalam setiap hektar.
Pemupukan bersamaan dengan pembubunan dengan cara menaburkan disekitar rumpun atau sejajar dengan baris.

5. Hama dan Penyakit
a. Hama
Kumbang Epilahna sp, sering melubangi daun.
Dichorcrosis spuntiferalis Guen (ulat penggerek akar) menyerang akar sehingga kering dan mati.
Pencegahan dengan insektisida Thiodan 35 EC dengan dosis 1,5 – 2 cc/lt air.

b. Penyakit
Cendawan Philosticta Zingiberi menyerang daun sehingga berbercak-bercak.
Pengendalian dengan penyemprotan fungisida Dithane M-45.
Cendawan Pythium sp dan bakteri Pseudomonas Zingiber. Gejalanya daun mengering dan bagian pangkal batang serta rimpangnya membusuk dan akhirnya mati.
Pengendalian tanaman terserang dicabut dan dibakar.

6. Panen
Pada umur 9 – 10 bulan jahe sudah dapat dipanen kalau daun dan batangnya sudah kering.
Panen dilakukan dengan cara mengarpu atau menggali rimpangnya.
Rimpangnya dibersihkan dari tanah dan kotoran yang melekat.
Kemudian dijemur dan disimpan di tempat yang kering.
Produktivitas dapat mencapai 10 – 20 ton/hektar.

Langkah Menanam Padi Yang Baikdan Benar

Langkah Menanam Padi Yang Baikdan Benar

 Anda ingin budidaya tanaman padi ? coba pelajari cara menanam padi yang akan kita bahas kali ini.Banyak tahap-tahap yang perlu anda pelajari tentang membudidayakan tanaman padi. Caramenanam padi ini terbagi ke dalam beberapa tahapam, yang dimulai dari memilih benih sampaikepemeliharaan yang berlanjut ke tahap pemanenan. Ada beberapa hal yang harus dipersiapkan oleh para petani sebelum memulain penanaman padi,hal yang paling penting adalah pemilihan jenis pada dan pembenihan.Nah, Berikut ini adalah tahap-tahap menanam padi dengan baik dan benar:

oPemilihan Benih atau Bibit
Pemilihan benih atau bibit adalah hal yang utama dalam membudidayakan tanaman padi. Pilihlahbenih yang sesuai dengan areal lahan yang akan ditanami tanaman padi, dan jangan lupa jugauntuk memperhatikan air dan sumber air yang terdapat pada lahan yang akan ditanami.

oPersiapan Lahan
Dalam hal menanam padi, ada beberapa kriteria lahan yang harus dipilih, diantaranya yaitu lahanyang subur dan yang banyak mengandung hums, dekat dengan sumber air, tanahnya terbuka dantidak tertutup oleh bangunan atau pohon-pohon yang besar.

oPembenihan dan Penaburan Benih
Pisahkan benih padi yang bernas dengan yang kosong dengan cara merendam benih padi tersebutselama satu malam, sedangkan dalam penaburan benih padi, pilihlah tanah yang gembur yangsudah dicampuri oleh pupuk kandang.Lakukan penaburan benih ini secara merata lalu tutup denga tanah berpasir, setelah itu tutupkembali tanah berpasir tersebut dengan dedauanan seperti daun padi yang sudah mongering ataumenggunakan daun pisang. Penyiraman benih cukup dilakukan pada pagi hari dan sore saja.

oPenggarapan Lahan
Dalam hal penggarapan lahan, seharusnya mencapurkan jerami busuk dengan pupuk kandang dandibiarkan teraduk dengan menggunakan tratror. Hal ini dilakukan bermaksudkan untuk membuattanahnya semakin subur dan tidak mudah cepat kering.

oPenanaman
 Langkah Menanam Padi Yang Baikdan Benar

Jika usia benih sudah mencukupi, sekarang anda bisa segera menanami lahan tersebut denganbenih padi yang sebelumnya telah disemai. Lakukan penanaman padi dengan jarak tanam antarpadi diusahakan jangan terlalu dekat atau terlalu rapat agar pertumbuhan padi bisa maksimal.

GOOD PRACTICES DALAM RANTAI PANGAN

GOOD PRACTICES DALAM RANTAI PANGAN

Pangan merupakan salah satu bahan pokok dalam rangka pertumbuhan dan kehidupan bangsa serta mempunyai peranan penting dalam pembangunan nasional. Oleh karena itu masyarakat perlu dilindungi keselamatan dan kesehatannya terhadap produksi dan perearan pangan yang tidak memeuhi syarat. Cara produksi pangan yang baik (CPPB) merupakan salah satu faktor yang penting untuk memenuhi standar mutu atau persyaratan yang ditetapkan untuk pangan.

Perkembangan teknologi dewasa ini mengakibatkan perubahan dalam kebiasaan makan, yang mempunyai dampak dalam perkembangan teknik produksi dan distribusi pangan. Oleh karena itu pengawasan dalam cara produksi pangan secara efektif merupakan hal yang penting untuk mencegah gangguan kesehatan manusia dan ekonomi sebagai akibat dari penyakit yang ditimbulkan pangan.

Pedoman produksi yang baik harus mencakup seluruh rantai pangan, mulai dari produksi primer sampai konsumen akhir.

A. Produksi Primer

Cara produksi pangan yang baik perlu dimulai dari sejak pengadaan bahan mentah. Cara produksi yang baik di sektor hulu akan mengurangi timbulnya bahaya pada tahap selanjutnya dalam rantai produksi pangan, yang kemungkinan dapat mempengaruhi keamanan atau kelayakan pangan untuk dikonsumsi. Tindakan yang perlu dilakukan dalam produksi primer (pengadaan bahan mentah) meliputi:
menghindari produksi pangan di daerah tercemar misalnya lingkungan pemukiman kumuh, lingkungan tempat pembuangan sampah, lingkungan yang sering banjir dll.

Mengendalikan atau mencegah pencemaran, hama dan penyakit hewan dan tanaman untuk meningkatkan keamanan pangan. Bahan mentah yang kotor, tercemar atau berpenyakit jika diolah lebih lanjut mempunyai resiko yang membahayakan bagi kesehatan.
Melakukan cara atau praktek produksi primer yang baik sehingga menjamin bahwa pangan diproduksi pada kondisi yang memenuhi persyaratan higiene makanan.

Lingkungan tempat produksi primer harus mengikuti beberapa persyaratan sbb:
produksi primer perlu memperhatikan kemungkinan terjadinya pencemaran lingkungan.
Produksi primer tidak dilakukan di daerah yang tercemar bahan berbahaya sehingga memungkinkan bahan berbahaya tersebut kedalam pangan sampai melebihi batas maksimum yang diperbolehkan. Sebagai contoh penanaman sayuran seharusnya tidak dilakukan di daerah pembuangan sampah atau tempat pembuangan limbah.

Untuk menjaga keamanan dan mutu pangan, setiap Produsen seharusnya melakukan tindakan untuk:
Mencegah bahan pangan yang diproduksi terhadap pencemaran tanah, air, pakan ternak, pupuk, pestisida, oat ternak dan bahan-bahan berbahaya lainnya yang digunakan dalam produksi primer. Sampah tiak diperbolehkan menumpuk dan bahan-bahan berbahaya sebaiknya disimpan di tempat terpisah sehingga tidak mencemari bahan pangan.

Menjaga kesehatan tanaman dan hewan sehingga bahan pangan yang dikonsumsi tidak membahayakan kesehatan.
Melindungi sumber pangan dari pencemaran kotoran manusia dan kotoran lainnya, contohnya produsen sebaiknya tidak mencuci sayuran di sungai yang tercemar kotoran manusia.
Mengolah, menangani dan membuang limbah yang dihasilkan selama produksi primer secara tepat untuk mencegah pencemaran bahan pangan dan lingkungan. Limbah pemanenan sayuran seharusnya diolah atau dibuang di tempat yang tepat.

Dalam bidang penanganan, penyimpanan dan transportasi perlu dilakukan tindakan untuk mmenjamin mutu dan keamanan pangan dengan cara:
Melindungi bahan pangan selama penanganan, penyimpanan dan transportasi terhadap pencemaran bahan-bahan biologi, kimia dan fisik yang berbahaya seperti mikroorganisme, hama dan bahan kimia berbahaya serta cemaran fisik.

Memisahkan atau menyortir bagian bahan pangan yang tidak layak untuk dikonsumsi manusia, misalnya buah-buahan atau sayur-sayuran yang busuk atau rusak.
Membuang atau menyingkirkan bahan-bahan yang tidak terpakai secara higienis sehingga tidak mencemari bahan pangan, yaitu membuang di tempat yang jauh dari tempat penanganan dan penyimpanan bahan pangan.

Melakukan tindakan untuk mencegah terjadinya kerusakan atau kebusukan pangan, termasuk diantaranya mengontrol suhu dan kelembaban ruang penyimpanan dan transportasi bahan pangan, memelihara kebersihan ruang penyimpanan atau pengontrol lainnya.

Dalam bidang pembersihan, perawatan dan higiene Karyawan, Produsen primer harus menyediakan prosedur dan fasilitas yang tepat untuk menjamin bahwa:
setiap pembersihan dan perawatan karyawan yang diperlukan dapat dilakukan secara efektif, misalnya menyediakan tempat pencucian anggota badan setelah melakukan pemanenan, menyediakan ruang perawatan untuk Karyawan yang sakit atau terluka, menyediakan toilet dalam jumlah yang sesuai jumlah karyawan dalam kondisi yang memenuhi persyaratan.

Higiene karyawan yang baik dapat dipertahankan, misalnya melakukan pemeriksaan dan pengawasan secara rutin terhadap kebersihan dan kesehatan karyawan, dan mengistirahatkan karyawan yang sakit untuk menghindari terjadinya pencemaran terhadap bahan pangan.

B. Penyimpanan

Semua bahan pangan mudah rusak dalam jangka waktu penyimpanan tertentu, sehingga perlu adanya pengemasan untuk membatasi antara bahan pangan dan keadaan normal sekelilingnya guna menunda proses kerusakan. Pengemasan merupakan salah satu cara preservasi bahan pangan yang tidak dapat diabaikan. Fungsi utama pengemasan adalah untuk melindungi bahan pangan terhadap kerusakan yagn terlalu cepat dan untuk menampulkan produk yang menarik. Pengemasan tidak memperbaiki kualitas, hanya mempertahankan atau memperlambat kerusakan produk selama penyimpanan. Bahan yang digunakan dalam proses produksi, baik bahan baku, bahan tambahan maupun bahan penolong harus disimpan dengan baik agar tidak terjadi penurunan mutu dan terjamin keamanan pangan. Penyimpanan yang tepat bertujuan untuk:
memudahkan produsen dalam mengambil dan menggunakan bahan
mempertahankan mutu dan keamanan pangan
mencegah tercemarnya pangan oleh bahan lain yang berbahaya
mencegah terlukanya bahan baku, bahan tambahan dan bahan penolong yang digunakan.

Cara penyimpanan bahan pangan yang baik sebagai berikut:
bahan pangan masing-masing disimpan terpisah satu sama lain dalam ruangan yang bersih, bebas hama, cukup penerangan, terjamin aliran udaranya dan pada suhu yang sesuai.

Bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong dan produk akhir diberi tanda dan ditempatkan sedemikian rupa sehingga jelas dibedakan yang memenuhi syarat dengan yang tidak, bahan yang lebih dulu masuk digunakan lebih dahulu, produk akhir yang lebih dahulu diproduksi diedarkan terlebih dahulu.
Semua bahan disimpan dalam sistem kartu yang menyebutkan nama bahan, tanggal penerimaan, asal bahan, jumlah penerimaan di gudang, tanggal dan pengeluaran dari gudang, jumlah pengeluaran dari gudang, sisa akhir dalam kemasan, tanggal pemeriksaan, hasil pemeriksaan.

Produk akhir sebaiknya juga disimpan dengan sistem kartu dengan menyebutkan: nama produk, tanggal produksi, kode produksi, tanggal penerimaan di ruang penyimpanan, jumlah penerimaan di ruang penyimpanan, tanggal pengeluaran dari ruang penyimpanan, jumlah pengeluaran dari ruang penyimpanan, sisa akhir, tanggal pemeriksaan dan hasil pemeriksaan.

Dalam penyimpanan bahan berbahaya seperti insektisida, pestisida, rodentisida, dewsinfektan, bahan yang mudah meledak harus disimpan dalam ruangan tersendiri dan diawasi sedemikian rupa sehingga tidak membahayakan atau mencemari bahan baku dan tidak membahayakan karyawan.

Wadah dan pembungkus disimpan secara rapi, di tempat yang bersih dan terlindung dari pencemaran supaya dalam penggunaannya tidak mencemari makanan.
Label disimpan secara rapi dan teratur sedemikian rupa supaya tidak terjadi kesalahan dalam penggunaannya.

Peralatan produksi yang telah dibersihkan dan dikenakan tindakan sanitasi dan belum akan digunakan untuk produksi sebaiknya disimpan sedemikian rupa, misalnya dengan permukaan menghadap ke bawah supaya terlindung dari debu, kotoran atau pencemaran lainnya.

Manfaat Kompos

Manfaat Kompos

Adapun manfaat kompos ditinjau dari beberapa aspek, seperti aspek ekonomi, aspek lingkungan, dan aspek bagi tanah / tanaman adalah sebagai berikut :

Aspek Ekonomi :

1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah.

2. Mengurangi volume/ukuran limbah.

3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya.

Aspek Lingkungan :

1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah.

2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan.

Aspek Bagi Tanah / Tanaman:

1. Meningkatkan kesuburan tanah.

2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah.

3. Meningkatkan kapasitas jerap air tanah.

4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah.

5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen).

6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman.

7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman.

8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah.