Toksisitas Pestisida Pada Manusia

Toksisitas Pestisida  Pada Manusia

Toksisitas akut suatu senyawa digambarkan oleh harga LD 50-nya. Dalam Tabel l terlihat bahwa senyawa organofosfat dan karbamat pada umumnya mempunai harga LD 50 lebih tinggi dari seyawa organohlor. Kasus keracunan akut jarang dijumpai di masyarakat, sedangkan kasus keracunan kronis pada umumnya dijumpai pada pelaksana pengendalian hama dan mereka yang bekerja pada industri pestisda. Pada pestisida yang bersifat persisten, seperti insektisida organokhlor, kemungkinan terjadi kasus keracunan kronis lebih besar dari pada pestisda yang tidak persisten. Hal ini terjadi karena adanya bioakumulasi, yaitu proses dinamika yang terjadi bila pemasukan (intake) lebih besar dari pengeluarannya (excretion). Karena sifatnya yang lipofilik senyawa organokhlor yang mask ke dalam tubuh akan segera terdistribusi ke dalam jaringan-jaringan dengan kandungan lemak yang tinggi dan tersimpan di dalam lemaknya. Senyawa organokhlor tersebut dapat diekskresikan bersama dengan lemak melalui air susu, sehingga terjadi transfer residu insektisida yang telah terakumulasi dalam tubuh Ibu kepada anak yang disusuinya. Hal ini perlu mendapat perhatian karena anak jauh lebih peka daripada orang dewasa.

Rendahnya kadar residu pestisida dalam makanan,jelas tidak akan menimbulkan gejala keracunan kronis mapun aukt,tetapi dapat menimbulan efek subtil (subtle effect) yaitu efek lanjut jangka pajang yang terjadi pada dosis rendah yang berkali-kali. Penelitian mengenai efek subtil pada manusia tidak mungkin diakukan, sehingga pengamatan pada hewan percobaan merupakan indikasi utama pada manusia. Efek subtil dapat berupa perubahan histolgis dan patologis, efek karsinogenik, tumorigenik, mutagenik dan teratogenik.

Perubahan sitolgis dapat terjadi pada pemberian 5 – 15 ppm DDT pada ransum makanan tikus jantan. Perubahan ini bersifat reversibel, hal ini menunjukkan adanya ”induksi” terhadap enzim dalam hati (Ortega, 1962). Insektisida organofosfat dan karbamat dapat menimbulkan efek neuropatologi karena demielinasi pada jaringan pelindung syaraf.

Untuk mengetahui efek karsinogenik dan tumorigenik suatu pestisida, diperlukan penelitan mult generasi. Pembeian pp’ DDT 0,4 – 0,7 mg/kg/hari dalam ramsum makanan tikus, menngkatkan terjadinya leukimia dan tumor pada generasi kedua dan ketiga, sedang padagenerasi kelima, terjadinya kanker paru-paru meningkat sampai 25 kali (Kemeny dan Tarjan, 1966,1969). Kepustakaan mengenai efek karsinogenik insekstisida organofosfat dan karbamat sangat jarang, sehingga belum dapat dipastikan bahwa senyawa-senyawa tersebut tidak menimbulkan kanker atau tumor. Beberapa insektisida seperti karbaril,DDt, dieldrin, lindane, fenion dan malation, menimbulkan efek magenik dan teratogenik pada dosis yang lebih tinggi dari pada dosis yang terdapat dalam lingkungan pada umumnya (Epstein dan Legators, 1971), meskipun demikian hal ini perlu diperhatikan juga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar