Pembasmian Hama Secara Organik

Pembasmian Hama Secara Organik

Hama dan penyakit tanaman merupakan kendala yang perlu selalu diantisipasi perkembangannya karena dapat menimbulkan kerugian bagi petani. Dengan adanya hama yang mengancam kualitas tanaman, maka para petani membutuhkan cara untuk membasmi hama. Cara-cara yang dilakukan untuk membasmi hama secara organik pasti hampir sama dengan cara membasmi hama pada umumnya namun mungkin perbedaannya ada di bahan-bahannya yang tidak mengandung bahan kimia berbahaya yang dapat mempengaruhi hutrisi tanaman sayuran. Berikut ini adalah beberapa cara untuk membasmi hama tanpa menggunakan bahan-bahan kimia:


1. Secara Mekanik

-Bisa dengan melakukan pengambilan menggunakan tangan secara manual. Dapat dilakukan pada jenis hama ulat dan belalang, dengan intensitas serangan hama dalam skala kecil.

-Penangkapan bersama-sama oleh banyak orang pada hama belalang. Hal ini juga menjadi salah satu alasan mengapa sayuran organik membutuhkan banyak pekerja, yaitu untuk melakukan pengontrolan hama.

-Pemasangan perangkap antara lain ; menggunakan lampu perangkap (light trap) untuk hama penggerek batang pada fase kupu-kupu. Lampu perangkap ini dipasang pada saat malam hari; penggunaan perangkap kertas warna (colour trapping) untuk hama lalat putih. Warna kertas yang digunakan bisa berwarna kuning atau lainnya yang cerah. Kertas terlebih dahulu diberi lem perekat atau racun tikus atau ter agar hama terperangkap pada kertas tersebut.


2. Biopestisida/Pesticida organik

Penggunaan pestisida organik dapat berupa bakterisida atau insektisida yang disesuaikan dengan jenis hama dan penyakit dan sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Beberapa contoh tanaman yang bisa digunakan sebagai pestisida misalnya daun mahoni, gadung, tembakau, daun sirsak dan sebagainya. Pestisida organik dapat dibuat dari tanaman-tanaman yang mengandung zat antiserangga. Untuk mempermudah dan mempercepat proses pembuatan pestisida organik, diperlukan bantuan bakteri EM yang berasal dari Pupuk Cair Organik. Berikut ini adalah bahan-bahan yang bisa digunakan untuk pupuk organik dalam skala rumahan. Bahan-bahan yang dibutuhkan antara lain: pupuk cair organik (100ml); molase/tetes tebu (100ml); alkohol 40% (100ml); cuka (100ml); air tajin/air cucian beras (1 liter); tanaman aniti serangga, yaitu jahe, lengkuas, kunyit, temulawak, temugiring (masing-masing sebesar jempol tangan); sereh (2 batang); bawang putih (8 siung); bwang merah (5 siung); daun mindi (2 ons); brotowali (10 ons). Cara membuatnya adalah: blender semua tanaman anti serangga dengan air tajin; kemudian masukan ke jerigen ekstrak; campurkan cuka alkohol dan molase serta larutan EM dan aduk hingga rata; simpan pada suhu ruang dengan kondisi ditutup rapat; kocok setiap pagi dan sore kurang lebih sekitar 5 menit, pengocokkan dihentikan sekitar kurang lebih 2 minggu masa penyimpanan; untuk membuang gas yang terbentuk dapat dibuka tutupnya; sebelum dipakai, biarkan selama 7 hari. Cara menggunakannya adalah campurkan cairan pestisida organik dengan 5-10 ml air dan semprotkan ke tanaman yang terkena hama, sebaiknya digunakan pada sore hari. 


3. Menggunakan Musuh Alami

Penggunaan musuh alami dengan pengendalian biologis yaitu menggunakan serangga atau bakteri dalam pengendalian hama secara innundative (pelepasan musuh alami secara berulang dengan jenis lokal) dan klasikal (pelepasan musuh alami secara tidak berulang dengan jenis eksotik). Musuh alami kita pilih musuh alami yang paling dekat dengan target hama, kita pilih yang terbatas/lebih sedikit sehingga tidak akan menyerang di luar target. Penggunaan musuh alami harus mengacu pada aturan penggunaan kontrol biologi. Penciptaan musuh alami juga dibarengi dengan penciptaan habitat hidup bagi predator alami tersebut misalnya penanaman pohon atau tegakan sebagai tempat bersarang atau penghasil biji makanan predator. Secara umum prinsip penggunaan musuh alami tetap memperhatikan keseimbangan ekosistem yang ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar